Minggu, 04 April 2010

ANALISIS SWOT INDUSTRY & TRADING COMPANY Tbk.

Posted on Maret 21, 2010 by leosukmawijaya | Sunting

Kini perusahaan minuman sangat beragam karna kebutuhan akan minuman instant yang diperlukan pada zaman sekarang. Salah satunya adalah PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk merupakan industry besar yang berkembang di Negara kita. Sebelum memulai suatu usaha baik sekala kecil atau besar sebaiknya perusahaan memikirkan untuk jangka kedepannya untuk beberapa tahun kedepan, apakah ada kekuatan dan kelemahan, ancaman dan kesempatan perusahaan atau pesaing lain yang akan masuk ke dalam ancaman perusahaan tersebut. Maka untuk memprediksi atau menilai kondisi tersebut maka di gunakan sebuah analisis yang di kenal dengan analisis SWOT.

Analisis SWOT adalah Indentifikasi berbagai faktor secara sistematis unutk merumuskan strategi perusahaan. Tujuan dari analisis SWOT itu sendiri adalah dilakukan unutk mengidentifikasi kondisi internal dan ekternal yang terlibat sebagai inputan untuk perancangan proses sehingga proses yang dirancang dapat berjalan dengan efesien dan efektif. Analisis SWOT dapat dilakukan dari dua pihak yaitu pihak Internal dan Eksternal Perusahaan. kedua faktor ini harus di pertimbangkan dalam melakukan analisis SWOT.

Analisis SWOT teridiri dari 4 ( empat ) komponen yang terdiri dari:

1. Streangth ( S ) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi program pada saat ini di suatu perusahaan.

2. Weakness ( W ) adalah situasi / kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini.

3. Opportunity ( O ) adalah situasi / kondisi yang merupakan peluang di luar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi di masa depan.

4. Therat ( T ) adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat menggunakan eksistensi organisasi dai masa akan datang.

Berikut adalah hasil analisis SWOT pada PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk
1. Aspek Kekuatan pada PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk
Kekuatan utama PT Ultrajaya terletak pada visi pemasaran yang terfokus – terus menerus membangun merek yang kuat dan memerlebar ragam produk makanan dan minuman untuk memenuhi kebutuhan konsumen Indonesia.

Untuk melaksanakan hal ini, PT Ultrajaya telah melakukan investasi yang signifikan dalam aktivitas pemasaran, teknologi, pengembangan produk dan yang paling penting, distribusi.

Perusahaan ini termasuk salah satu perusahaan di Indonesia yang memiliki jaringan distribusi yang paling luas, mencakup seluruh daerah Indonesia, mulai dari Sumatera di ujung Barat hingga Papua di ujung Timur. Hal ini dapat dicapai oleh adanya sistem distribusi yang terdiri dari 2,500 grosir yang bersama-sama melayani lebih dari 25,000 toko ritel (toko moderen dan tradisional), hotel dan pelanggan komersial.

Jaringan distribusi ini juga didukung oleh jaringan penjualan PT Ultrajaya yang terdiri dari lebih 300 tenaga penjual, lebih dari 100 kendaraan, serta 9 depo dan kantor cabang di kota-kota besar, ditambah lagi oleh beberapa distributor lokal.

Pasar utama PT Ultrajaya adalah Indonesia dengan populasi 200 juta orang yang memiliki tingkat daya beli yang meningkat. Pasar domestik mencapai 90 persen dari total produksi perusahaan ini. Namun sejak 1988, perusahaan ini mulai aktif memasuki pasar ekspor ke negara-negara tertentu.

2. Aspek Kelemahan pada PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk

Ketersediaan Bahan Baku

Biaya Produksi yang Tinggi

Ancaman PT. Ultrajaya terhadap pesaing Produk lain yang Semakin Banyak, dll.

Sumber : http://leosukmawijaya.wordpress.com

kuat lemahnya perusahaan makanan kfc

Waralaba KFC Akan Bangun 30 Gerai
Senin, 07 Desember 2009
Industri Makanan
JAKARTA – Perusahaan makanan pemilik waralaba Kentucky Fried Chicken (KFC), PT Fast Food Indonesia Tbk, menyiapkan dana 200 miliar rupiah dari kas internal untuk belanja modal (capex) tahun depan. Dana tersebut diperlukan untuk membuka sekitar 30 gerai KFC baru guna mengejar target pertumbuhan pendapatan sekitar 18 persen pada 2010.

Direktur Fast Food Indonesia Justinus Dalimin Juwono mengatakan perseroan berencana membuka sekitar 30 gerai baru KFC yang difokuskan di kota besar di luar Jawa. Untuk itu, perseroan telah menyiapkan belanja modal sekitar 200 miliar rupiah dari kas internal.
“Kinerja tahun ini diperkirakan sesuai target. Dan, tahun depan, kami telah menyiapkan dana 200 miliar rupiah untuk membuka 30 gerai KFC,” katanya, Minggu (6/12).

Dia menjelaskan pembukaan gerai itu perlu dilakukan karena konsumsi masyarakat diperkirakan naik seiring dengan membaiknya perekonomian nasional sehingga pendapatan perseroan tahun depan diharapkan tumbuh 18 persen dibanding 2009.

Untuk meningkatkan jumlah pengunjung, perseroan juga sedang melakukan renovasi sejumlah gerai KFC dan memperbarui formatnya untuk menciptakan kenyamanan pada pengunjung.
Menurut Justinus, perbaikan format gerai KFC perlu dilakukan agar konsumen tetap setia. Pasalnya, saat ini sudah banyak restoran cepat saji dengan sistem waralaba dari negara lain sehingga pihaknya perlu memperbaiki format yang ada agar bisa bersaing.

Perseroan juga akan lebih fokus pada target pasarnya, yakni anak muda, dengan membentuk KFC Music Factory. Melalui program tersebut, KFC akan mengorbitkan sejumlah artis atau band Indie yang potensial.
Terkait dengan kinerja tahun ini, Justinus memperkirakan nilai penjualannya akan mencapai 2,4 triliun rupiah sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Pencapaian target itu dipicu pembukaan sekitar 30 gerai baru KFC tahun ini.

Kinerja Keuangan
Kepala Riset Asia Financial Network (AFN) Rowena Suryobroto memperkirakan kinerja emiten yang berbisnis makanan tahun ini relatif lebih baik ketimbang sektor lain yang terkena dampak resesi global. Itu disebabkan makanan merupakan kebutuhan pokok masyarakat sehingga dalam kondisi krisis pun masyarakat tetap makan.
Tahun depan, lanjut dia, emiten makanan juga masih menjadi primadona karena kinerjanya diperkirakan tetap tumbuh. Perseroan sendiri disarankan untuk tetap ekspansif karena permintaan tetap tinggi. gus/E-7

perusahaan kfc




JAKARTA – Perusahaan makanan pemilik waralaba Kentucky Fried Chicken (KFC), PT Fast Food Indonesia Tbk, menyiapkan dana 200 miliar rupiah dari kas internal untuk belanja modal (capex) tahun depan. Dana tersebut diperlukan untuk membuka sekitar 30 gerai KFC baru guna mengejar target pertumbuhan pendapatan sekitar 18 persen pada 2010.

Direktur Fast Food Indonesia Justinus Dalimin Juwono mengatakan perseroan berencana membuka sekitar 30 gerai baru KFC yang difokuskan di kota besar di luar Jawa. Untuk itu, perseroan telah menyiapkan belanja modal sekitar 200 miliar rupiah dari kas internal.
“Kinerja tahun ini diperkirakan sesuai target. Dan, tahun depan, kami telah menyiapkan dana 200 miliar rupiah untuk membuka 30 gerai KFC,” katanya, Minggu (6/12).

Dia menjelaskan pembukaan gerai itu perlu dilakukan karena konsumsi masyarakat diperkirakan naik seiring dengan membaiknya perekonomian nasional sehingga pendapatan perseroan tahun depan diharapkan tumbuh 18 persen dibanding 2009.

Untuk meningkatkan jumlah pengunjung, perseroan juga sedang melakukan renovasi sejumlah gerai KFC dan memperbarui formatnya untuk menciptakan kenyamanan pada pengunjung.
Menurut Justinus, perbaikan format gerai KFC perlu dilakukan agar konsumen tetap setia. Pasalnya, saat ini sudah banyak restoran cepat saji dengan sistem waralaba dari negara lain sehingga pihaknya perlu memperbaiki format yang ada agar bisa bersaing.

Perseroan juga akan lebih fokus pada target pasarnya, yakni anak muda, dengan membentuk KFC Music Factory. Melalui program tersebut, KFC akan mengorbitkan sejumlah artis atau band Indie yang potensial.
Terkait dengan kinerja tahun ini, Justinus memperkirakan nilai penjualannya akan mencapai 2,4 triliun rupiah sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Pencapaian target itu dipicu pembukaan sekitar 30 gerai baru KFC tahun ini.

Kinerja Keuangan
Kepala Riset Asia Financial Network (AFN) Rowena Suryobroto memperkirakan kinerja emiten yang berbisnis makanan tahun ini relatif lebih baik ketimbang sektor lain yang terkena dampak resesi global. Itu disebabkan makanan merupakan kebutuhan pokok masyarakat sehingga dalam kondisi krisis pun masyarakat tetap makan.
Tahun depan, lanjut dia, emiten makanan juga masih menjadi primadona karena kinerjanya diperkirakan tetap tumbuh. Perseroan sendiri disarankan untuk tetap ekspansif karena permintaan tetap tinggi. gus/E-7